Aksilingkungan.id – Pertemuan saya dengan Prof. Hariadi Kartodihardjo bermula pada sebuah buku berjudul “Di Balik Krisis Ekosistem”. Buku terbitan 2017 itu baru saya beli 5 tahun setelahnya pada sebuah marketplace. Judul buku itu memang sangat mencolok, membuat saya yang sedang belajar tentang tata kelola lingkungan tertarik untuk meminangnya.
Walau ada modus lain, sebenarnya saya juga akan pamer jika berkesempatan bertemu pada kelas yang diampu beliau. Bukan hanya itu, wajib hukumnya untuk saya meminta legalisir tanda tangan secara langsung dari penulisnya.
Setelah saya membaca buku 508 halaman itu, saya sedikit menyimpulkan jika buku ini sangat relevan untuk berbagai macam kalangan. Kekayaan data dan analisis yang tajam serta mendalam membuat buku ini bisa dikonsumsi untuk akademisi, praktisi, pembuat kebijakan, maupun aktivis lingkungan.
Apalagi buku ini menyoroti tentang bagaimana krisis ekosistem bukan dikarenakan kerusakan fisik lingkungan semata, namun juga karena krisis cara berpikir dan bertindak. Sehingga kita perlu merefleksikan kondisi ini.
Prof. Hariadi Rumah Bagi Para Aktivis
Beliau merupakan mentor bagi banyak aktivis. Tak heran jika Prof. HK (orang-orang memanggilnya) dikenal sebagai “Bapak Tata Kelola”. Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University ini juga sering menyuarakan sikap kritisnya terhadap negara dan korporasi.
Sikapnya itu yang mendukung gerakan di akar rumput, baik bagi masyarakat adat maupun masyarakat lokal. Tak jarang beliau pun hadir dalam ruang-ruang perlawanan.
Contohnya saja bagaimana sikap Prof. Hariadi pada kasus pembangunan pabrik semen di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah. Kajiannya tentang daya dukung lingkungan untuk industri ekstraktif di Pulau Jawa itu dinyatakan tak layak sebagai wilayah penambangan.
Dari Ruang Akademik ke Birokrasi
Prof. Hariadi memulai karirnya sebagai staf pengajar di Fakultas Kehutanan IPB University, setelah merampungkan seluruh jenjang pendidikannya dari mulai S1 hingga S3 di kampus yang sama.
Bukan hanya sebagai akademisi, beliau juga pada beberapa kesempatan turut andil dalam pemerintahan, seperti: tenaga ahli di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk kajian Perum Perhutani pada 2019–2020, serta komisioner dalam Inkuiri Nasional Komnas HAM terkait konflik masyarakat adat di kawasan hutan pada 2014–2015.
Beliau juga sempat menjadi penasehat senior Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam bidang kebijakan tata kelola sumber daya alam.
Sebuah Obituari
Tepat satu tahun yang lalu, Prof. Hariadi berpulang. Jelas kabar tersebut mengejutkan banyak orang. Jalan Raya CIFOR Bogor dipenuhi sesak duka mendalam dan dipadati lantunan do’a yang tak henti diuntaikan.
Semua orang mengantarkan ke peristirahatan terakhirnya. Ia yang menuntun masyarakat akar rumput dengan cahaya, pun akan dituntun oleh cahaya kebaikannya. Pembelaannya akan tetap menjadi warisan yang akan terus hidup dalam gerakan rakyat dan semangat perjuangan lingkungan yang tak akan pernah padam.