Beranda Eco-Feminism Perempuan, Penjaga Keberlanjutan Lingkungan Bumi

Perempuan, Penjaga Keberlanjutan Lingkungan Bumi

35
0
Perempuan, Penjaga Bumi dan Keberlanjutan Lingkungan (Pict: Pixabay)
Perempuan, Penjaga Bumi dan Keberlanjutan Lingkungan (Pict: Pixabay)

Aksilingkungan.id – Hai, tahu tidak kalau bumi kita ini sedang tidak baik-baik saja? Sumber daya alam makin menipis, lingkungan tercemar di mana-mana, dan ekosistem jadi rapuh. Ironisnya, kitalah, manusia, yang sering jadi biang keroknya. Harus diingat, keberlanjutan lingkungan itu harga multak!

Padahal, kita berhak lho punya kehidupan yang sehat dan produktif, serasi dengan alam. Untungnya, kesadaran akan masalah ini, khususnya di Indonesia, sudah mulai meningkat. Tapi, peningkatan kesadaran saja tidak cukup, perlu aksi nyata!

Dan di sinilah peran perempuan jadi sangat krusial. Bukan cuma jadi korban dampak kerusakan lingkungan, perempuan justru punya potensi besar sebagai agen perubahan. Mereka bisa jadi garda terdepan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bayangkan, perempuan yang seringkali dianggap lemah, justru punya kekuatan luar biasa untuk menjaga kelestarian bumi ini. Menarik, kan?

Perempuan dalam Agenda Lingkungan PBB

Ternyata, peran perempuan dalam keberlanjutan lingkungan ini bukan isapan jempol belaka. Di kancah global, seperti pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan, serta Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan, sudah diakui bahwa perempuan memegang peranan penting. Mereka bisa banget memengaruhi pola konsumsi dan produksi yang lebih ramah lingkungan, serta membantu mengelola sumber daya alam.

Lebih kerennya lagi, perempuan seringkali jadi pemimpin atau pelopor dalam mempromosikan etika lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya, bahkan sampai kegiatan daur ulang. Ini semua demi meminimalkan sampah dan konsumsi berlebihan. Kontribusi perempuan dalam keberlanjutan lingkungan, termasuk lewat kampanye akar rumput (grass-root campaign) dan gerakan pemuda untuk melindungi lingkungan, seringkali berawal dari tingkat lokal.

PBB pun sadar betul, kalau pembangunan berkelanjutan yang ideal itu butuh pendekatan yang menyeluruh, multidisiplin, dan lintas sektoral. Dan tahukah kamu? Partisipasi serta kepemimpinan perempuan itu sangat, sangat penting untuk setiap aspek dari pendekatan tersebut.

Konferensi global PBB pun sudah mengakui bahwa kebijakan pembangunan berkelanjutan yang tidak melibatkan perempuan dan laki-laki itu tidak akan berhasil dalam jangka panjang.

Jadi, bisa dibilang, pengalaman dan kontribusi perempuan untuk lingkungan yang sehat secara ekologis itu harus jadi prioritas utama di abad ini. Tanpa mereka, tujuan pembangunan berkelanjutan hanya akan jadi mimpi belaka.

Strategi Global untuk Melibatkan Perempuan

Agar peran perempuan ini makin optimal, PBB melalui Beijing Declaration and Platform for Action di tahun 1995, sudah merumuskan strategi jitu. Strategi ini dibagi menjadi tiga tingkatan:

Pertama, di Tingkat Pemerintahan, pemerintah didorong untuk memastikan perempuan, termasuk perempuan adat, punya kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan lingkungan di semua tingkatan.

Selain itu, akses perempuan pada informasi dan pendidikan di bidang sains, teknologi, dan ekonomi juga harus ditingkatkan. Pemerintah juga perlu mengurangi risiko bahaya lingkungan bagi perempuan, baik di rumah, tempat kerja, maupun di lingkungan lain, serta mengintegrasikan perspektif gender dalam pengelolaan sumber daya.

Kedua, di Tingkat Pemerintahan, Organisasi Internasional, dan Sektor Swasta, diharapkan ada integrasi dampak gender dalam pekerjaan Komisi Pembangunan Berkelanjutan dan badan PBB lainnya. Lembaga ini juga harus mempromosikan keterlibatan perempuan dalam desain dan pelaksanaan proyek yang didanai oleh Fasilitas Lingkungan Global, dan mendorong proyek yang menguntungkan perempuan atau yang dikelola oleh perempuan.

Tujuannya jelas, meningkatkan proporsi perempuan di tingkat pengambil keputusan dan mendorong lembaga sosial, ekonomi, politik, serta ilmiah untuk mengatasi kerusakan lingkungan dan dampaknya pada perempuan.

Ketiga, di Tingkat Organisasi Non-Pemerintah (NGO) dan Sektor Swasta, diharapkan mereka mengadvokasi masalah lingkungan yang menjadi perhatian perempuan dan memberikan informasi. Selain itu, lembaga ini harus memfasilitasi akses petani, nelayan, dan penggembala perempuan terhadap pengetahuan, keterampilan, layanan pemasaran, dan teknologi ramah lingkungan. Hal ini penting untuk mendukung dan memperkuat peran serta keahlian mereka dalam pengelolaan sumber daya dan konservasi keanekaragaman hayati. Jadi, bukan cuma bicara, tapi ada action plan yang jelas!

Perempuan Indonesia

Jangan salah, di Indonesia sendiri, peran perempuan dalam keberlanjutan lingkungan ini sudah tersirat dan diatur lho dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Pasal 70 undang-undang ini dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat punya hak, kesempatan, dan pemikiran yang sama dan seluas-luasnya untuk aktif berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Nah, perempuan sebagai bagian dari masyarakat, otomatis punya hak dan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pengelolaan lingkungan.

Peran masyarakat ini meliputi pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, hingga penyampaian informasi atau laporan. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kepedulian, kemandirian, dan keberdayaan masyarakat, menumbuhkan kemampuan, serta mengembangkan ketanggapan untuk melakukan pengawasan sosial.

Yang tak kalah penting, peran ini juga bertujuan untuk mengembangkan dan menjaga budaya serta kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Jadi, secara hukum, perempuan di Indonesia sudah punya landasan kuat untuk jadi pahlawan lingkungan!

Kontribusi Perempuan di Dunia Bisnis

Mungkin sebagian dari kita berpikir, apa hubungannya perempuan dengan bisnis dan lingkungan? Ternyata, hubungannya erat sekali! Riset menunjukkan bahwa perempuan yang tergabung dalam dewan direksi perusahaan itu punya dampak positif yang signifikan.

Mereka berkontribusi dalam mempromosikan strategi lingkungan yang proaktif, termasuk strategi pencegahan polusi. Ini bukan cuma bikin lingkungan jadi lebih baik, tapi juga terbukti memberikan keuntungan kompetitif dan berkelanjutan, baik dalam kinerja keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

Bahkan, perempuan di dewan direksi juga berdampak positif pada strategi pembangunan berkelanjutan, yang lagi-lagi berhubungan dengan kinerja keuangan jangka panjang perusahaan.

Khususnya di perusahaan berbasis sumber daya alam, perempuan di dewan direksi ini bisa jadi sumber daya utama dalam proses organisasi. Mereka bisa memberikan tim manajemen puncak visi bersama tentang masa depan dan kepemimpinan moral yang kuat. Singkatnya, perempuan di dewan direksi ini bisa bertindak sebagai “penjaga moral” agar perusahaan tetap berkontribusi pada lingkungan, selain mencari keuntungan dari kegiatan bisnisnya. Keren banget, kan?

Intinya, baik pemerintah maupun pihak terkait lainnya harus terus mendorong kebijakan yang aktif untuk melibatkan perempuan dalam konservasi dan keberlanjutan lingkungan. Kebijakan ini juga harus didasarkan pada kesetaraan kesempatan dan hak, sehingga baik laki-laki maupun perempuan punya kesempatan yang sama untuk jadi agen perubahan lingkungan.

Yuk, sama-sama kita dukung keterlibatan perempuan dalam keberlanjutan lingkungan untuk masa depan bumi yang lebih cerah!***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini