Beranda Berita Aktivis Greenpeace Gelar Aksi Kritik Industrialisasi di Konferensi Nikel Internasional

Aktivis Greenpeace Gelar Aksi Kritik Industrialisasi di Konferensi Nikel Internasional

30
0
Pict: Greenpeace Indonesia

Aktivis Greenpeace Indonesia bersama empat anak muda Papua menggelar aksi kritik industrialisasi dalam agenda Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta, Selasa, (3/6/2025).

Para aktivis Greenpeace membentangkan spanduk bertuliskan “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining” sebagai bentuk protes terhadap aktivitas pertambangan dan hilirisasi nikel yang disebut merusak lingkungan serta membawa nestapa bagi kehidupan masyarakat Papua.

Aksi ini menjadi sorotan karena dilakukan saat Wakil Menteri Luar Negeri Arief Havas Oegroseno memberikan sambutan di forum yang membahas arah masa depan industri mineral Indonesia, salah satunya adalah nikel yang kini menjadi komoditas strategis nasional.

Menurut analisis Greenpeace, sejumlah pulau kecil yang berada di Raja Ampat menjadi lokasi penambangan nikel, seperti di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran. Lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami telah rusak akibat penambangan tersebut. Dokumentasi mereka juga menunjukkan limpasan tanah yang menyebabkan sedimentasi di wilayah pesisir, mengancam terumbu karang dan ekosistem laut Raja Ampat yang dikenal sebagai salah satu yang terkaya di dunia.

Raja Ampat telah ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO karena memiliki 47 spesies mamalia dan 274 spesies burung, selain itu Raja Ampat merupakan tempat bagi 75% spesies coral dunia dan memiliki lebih dari 2.500 spesies ikan.

Berdasarkan hal tersebut, Greenpeace menyerukan agar pemerintah mengkaji ulang kebijakan hilirisasi nikel yang digaungkan sebagai jalan transisi energi nasional. Greenpeace juga menilai bahwa suara masyarakat terdampak dan isu kerusakan ekologi harus diberi ruang, terutama dalam forum-forum yang selalu didominasi dengan perspektif industri dan investasi

Melalui aksi damai ini, Greenpeace ingin mengirim pesan kepada pemerintah Indonesia dan para pengusaha industri nikel yang meriung di acara tersebut, serta kepada publik, bahwa tambang dan hilirisasi nikel di berbagai daerah telah membawa derita bagi masyarakat terdampak.

“Industri nikel juga merusak lingkungan dengan membabat hutan, mencemari sumber air, sungai, laut, hingga udara, dan jelas akan memperparah dampak krisis iklim karena masih menggunakan PLTU captive sebagai sumber energi dalam pemrosesannya”, tegasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini